EYZ CYBER BLOG
Kerajaan Demak
Para ahli memperkirakan Demak berdiri
tahun 1500. Sementara Majapahit hancur
beberapa waktu sebelumnya.
Menurut sumber sejarah
lokal di Jawa,
keruntuhan Majapahit terjadi sekitar
tahun 1478. Hal
ini ditandai dengan candrasengkala, Sirna Hilang
Kertaning Bhumi
1.
Latar
Belakang Berdirinya Kerajaan Demak
Berdirinya
Kerajaan Demak dilatarbelakangi oleh melemahnya pemerintahan Kerajaan Majapahit
atas daerah-daerah pesisir utara Jawa.Daerah-daerah pesisir seperti Tuban dan
Cirebon sudah mendapat pengaruh Islam.Dukungan daerah-daerah yang juga
merupakan jalur perdagangan yang kuat ini sangat berpengaruh bagi pendirian
Demak sebagai kerajaan Islam yang merdeka dari Majapahit. Demak sebelumnya
merupakan daerah yang dikenal dengan nama Bintoro atau Gelagahwangi yang
merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit.Kadipaten Demak
tersebut dikuasai oleh Raden Patah salah seorang keturunan Raja Brawijaya V
(Bhre Kertabumi) raja Majapahit.
Dengan
berkembangnya Islam di Demak, maka Demak dapat berkembang sebagai kota dagang
dan pusat penyebaran Islam di pulau Jawa. Hal ini dijadikan kesempatan bagi
Demak untuk melepaskan diri dengan melakukan penyerangan terhadap Majapahit.
Setelah Majapahit hancur maka Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di
pulau Jawa dengan rajanya yaitu Raden Patah.Kerajaan Demak secara geografis
terletak di Jawa Tengah dengan pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di muara
sungai, yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria.
(sekarang Laut Muria sudah merupakan dataran rendah yang dialiri sungai Lusi).
Bintoro
sebagai pusat kerajaan Demak terletak antara Bergola dan Jepara, di mana Bergola
adalah pelabuhan yang penting pada masa berlangsungnya kerajaan Mataram (Wangsa
Syailendra), sedangkan Jepara akhirnya berkembang sebagai pelabuhan yang
penting bagi kerajaan Demak. Kesultanan Demak atau Kesultanan Demak Bintara
adalah kesultananIslam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada
tahun 1478. Kesultanan ini sebelumnya merupakan keadipatian (kadipaten) vazal
dari kerajaan Majapahit, dan tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di
pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya. Kesultanan Demak tidak berumur panjang
dan segera mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara
kerabat kerajaan.Pada tahun 1568, kekuasaan Kesultanan Demak beralih ke
Kesultanan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir.Salah satu peninggalan
bersejarah Kesultanan Demak ialah Mesjid Agung Demak, yang diperkirakan
didirikan oleh para Walisongo. Lokasi ibukota Kesultanan Demak, yang pada masa
itu masih dapat dilayari dari laut dan dinamakan Bintara, saat ini telah
menjadi kotaDemak di Jawa Tengah. Pada masa sultan ke-4 ibukota dipindahkan ke
Prawata (dibaca “Prawoto”).
Kisah berdirinya Kerajaan Demak mirip dengan
kisah berdirinya Kerajaan Majapahit yang digantikannya. Babad Tanah Jawi
mengkisahkan bahwa Raden Patah atas petunjuk Sunan Ampel membuka hutan di
Glagah Wangi dan kota baru di Glagah Wangi itu lalu diberi nama Bintara. Ketika
Prabu Brawijaya mengetahui bahwa sebenarnya Raden Patah adalah putranya sendiri
dari selir putri Cina yang dihadiahkannya kepada Arya Damar, Adipati Palembang,
kemudian Raden Patah diangkat sebagai adipati di Bintara tersebut dan sebagian
bawahan Majapahit berkewajiban menghadap Sang Prabu setahun sekali di Istana
Majapahit. Sejak saat itu nama Bintara diganti dengan Demak.
Penelusuran
Etimologi kata-kata bintara dan Demak kiranya dapat memperjelas legitimasi
historis dan yuridis diatas.Orang yang pertama mempersoalkan etimologi tiponim
Bintara adalah Sutjipto Wirjosuparto. Dengan agak ragu-ragu ia mengkaitkan nama
Bintara dengan perkataan Bethara, salah satu gelar Dewa Siwa. Kaitan antara
nama Bintara dengan bethara yang dalam mitologi Hindu dianggap bertakhta di
Bukit keramat yang bernama Parwata (Himalaya) didasarkan adanya nama bukit
Prawata di Grobogan. Di samping kurang meyakinkan, penjelasan ini rupanya kurang
mendukung arah pemikiran kita.
Peristiwa
penganugerahan tanah Bintara dan pengangkatan Raden Patah sebagai Adipati
Bintara serta penganugerahan nama baru Demak bagi negara baru itu dipandang
sebagai saat berdirinya Kerajaan Islam Demak, Babad Demak memperingati
berdirinya Kerajaan Demak itu dengan candrasengkala: “Geni mati siniraming
janmi” atau 1403 Saka (1481 M).
2.
Raja-raja
Kerajaan Demak
a. Raden
Patah (1500-1518 M)
Raden
Patah ialah seorang putra Brawijaya dari ibunya putri Cina.Ketika Raden Patah
masih dalam kandungan, ibunya oleh Brawijaya dititipkan kepada gubernur di
Palembang.Menurut babat tanah jawa Raden Patah adalah anak Brawijaya yang
terakhir.Menurut Kronik Cina dari kuil Sam Po Kong, nama panggilan waktu Raden
Patah masih muda adalah Jin Bun, putra Kung-ta-bu-mi (alias Bhre Kertabhumi)
atau disebut juga prabu Brawijaya V dari selir Cina.
Pertama
kali Raden Patah ke Jawa menjadi santri Sunan Ampel.Raden Patah tetap tinggal
di Ngampel Denta, kemudian diangkat sebagai menantu Sunan Ngampel, dikawinkan
dengan cucu perempuan, anak sulung Nyai Gede Waloka.Raden Patah pindah ke Jawa
Tengah, di situ ia membuka hutan Glagahwangi atau hutan Bintara menjadi sebuah
pesantren dan Raden Patah menjadi ulama di Bintara dan mengajarkan agama Islam
kepada penduduk sekitarnya. Makin lama Pesantren Glagahwangi semakin maju. Dan
hal itu membuat Brawijaya menjadi resah, karena bujukan dari Sunan Ampel
Brawijaya mengakui bahwa Raden Patah adalah putranya dan Raden Patah pun
diangkat sebagai bupati, sedangkan Glagahwangi diganti nama menjadi Demak,
dengan ibu kota bernama Bintara.
Dalam
memimpin Kerajaan Demak Raden Patah menunjukan berbagai keberhasilan yang dapat
dicapai seperti:
Keberhasilan
Raden Patah dalam perluasan dan pertahanan kerajaan dapat dilihat ketika ia menaklukkan
Girindra Wardhana yang merebut tahkta Majapahit (1478), hingga dapat menggambil
alih kekuasaan Majapahit.Selain itu, Raden Patah juga mengadakan perlawan
terhadap portugis (1511), yang telah menduduki Malaka dan ingin mengganggu
Demak.Dengan mengirim pasukannya yang dipimpin oleh Pati Unus (anak Raden
Patah).
Dalam
bidang dakwah islam dan pengembangannya, Raden patah mencoba menerapkan hukum
islam dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, ia juga membangun istana dan
mendirikan masjid (1479) yang sampai sekarang terkenal dengan masjid Agung
Demak. Pendirian masjid itu dibantu sepenuhnya oleh walisanga.
b. Pati Unus (Pangeran sebrang Lor) (1518-1521 M)
Pada
tahun 1518 Raden Patah wafat kemudian digantikan putranya (sumber Jawa) yaitu
Pati Unus.Namun terdapat perbedaan pendapat, antara sumber Portugis (Barat)
dengan sumber asli Indonesia atau Jawa.Pati Unus terkenal sebagai panglima
perang yang gagah berani dan pernah memimpin perlawanan terhadap Portugis di
Malaka.Karena keberaniannya itulah ia mendapatkan julukan Pangeran Sabrang lor.
(Soekmono: 1973).Dalam berita Tome Pires dikenal seorang yang bernama Pate Unus
yang mengadakan serangan ke Malaka tahun 1513, keberangkatan dengan armadanya
dari Jepara yang berfungsi sebagai pelabuhan kerajaan Demak. H.J Graaf
berpendapat bahwa raja kedua kerajaan Demak seperti disebut Tome Pires ialah
Pate Rodim Sr., seorang yang tegas dalam mengambil keputusan dan seorang
ksatria, bangsawan dan teman seperjuangan Pate Zaenal dari Gresik.
Pada
awalnya Pati Unus adalah seorang penguasa di daerah Jepara, setelah dewasa Pati
Unus diangkat menjadi menantu Raden Patah dinikahkan dengan putrinya.Hal itu
berdasarkan sumber Portugis.Pati Unus resmi diangkat menjadi Adipati wilayah
Jepara (tempat kelahiran beliau sendiri).
Pati
Unus bertugas sebagai Panglima Armada Islam tanah jawa, saat Samuda Pasai jatuh
ketangan Portugis.Pati Unus mengirim armada kecil, ekspedidi Jihad I yang
mencoba mendesak benteng Portugis di Malaka gagal dan kembali ke Jawa.Setelah
itu Pati Unus melakukan persiapan yang lebih baik dengan merencanakan
pembangunan armada sebanyak 375 kapal.Armada perang Islam siap berangkat dari
pelabuhan Demak dengan mendapat pemberkatan dari Para Wali yang dipimpin oleh
Sunan Gunung Jati.Armada perang yang sangat besar untuk ukuran dulu bahkan
sekarang.Dipimpin langsung oleh Pati Unus bergelar Senapati Sarjawala yang
telah menjadi Sultan Demak II.Kapal yang ditumpangi Pati Unus terkena peluru
meriam ketika akan menurunkan perahu untuk merapat ke pantai. Ia gugur sebagai
Syahid karena kewajiban membela sesama Muslim yang tertindas penjajah
(Portugis) yang bernafsu memonopoli perdagangan rempah-rempah.
c. Sultan
Trenggono (1521-1546 M)
Raja
ketiga dari Kerajaan Demak ini adalah Raden Trenggono, setelah meninggalnya
Pangeran Sabrang Lor (Pati Unus) pada 1521.Masa kepemimpinannya ditandai dengan
berbagai peristiwa yang mengantarkan kerajaan ini ke masa
kejayaannya.Wilayah-wilayahnya diperluas ke wilayah barat dan ke wilayah
timur.Masjid Demak diperbaiki sebagai lambang kekuatan Islam. Sebagai seorang
raja Islam, beliau mengambil gelar Sultan, yaitu Sultan Ahmad Abdul
Arifin.Kebesaran raja ketiga ini oleh penulis Portugis, Mendez Pinto,
dinyatakan dengan pemberian gelar emperador (maharaja).
Ekspedisi
Demak ke wilayah barat dimulai dengan ekspedisi Syekh Nurullah (Sunan Gunung
Jati) ke Jawa Barat, yang berhasil secara berturut-turut mendirikan Kerajaan
Cirebon dan Banten.Penguasaan kedua wilayah ini, menurut tradisi lisan Jawa
dari Cirebon dan dari Banten sangat penting artinya bagi pengembangan Islam,
bahasa, dan kebudayaan Jawa di sepanjang pantai utara Jawa Barat.
Pada
masanya pula, dilakukan penyerangan terakhir ke Ibu Kota Majapahit antara tahun
1525 dan 1527, yang menurut Babad Sangkala adalah Kediri, sedang menurut Tome
Pires adalah Dayo. Penyerangan ini mengandung makna simbolis pemisahan antara
Zaman Indonesia Hindu dengan Zaman Indonesia Islam.Pada 1527 pula, dilakukan
ekspedisi ke Tuban.Meskipun daerah itu sudah lama memeluk Islam.Namun Demak
menganggap mereka masih setia kepada Majapahit, sehingga perlu dilakukan
penakhlukan. Berturut-turut pula ditaklukan Wirasari (1525), Gagelang/Madiun
(1529), Medangkungan/Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535), Lamongan,
Blitar, Wirasaba (1541 dan 1542), Gunung Pananggungan (1543), Memenang atau
Kediri (1544), Malang (1545).
Penaklukan
yang terakhir dilakukan adalah di Blambangan, yang berada di ujung Jawa Timur.
Ini merupakan benteng terakhir Hindu, bahwa ketika Brawijaya dikalahkan oleh
Demak, ia mengungsi ke daerah itu untuk mencari bantuan dari Bali yang
mayoritas Hindu. Namun akhirnya Blambangan menyerah kepada Demak, dan Demak
akhirnya kehilangan Sultan Trenggono yang meninggal. Gugurnya Sultan Trenggono
ini merupakan akhir dari usaha ekspansi Demak ke wilayah bekas bawahan Majapahit.
d. Sunan
Prawoto (1546-1549)
Menurut
berbagai babad, Sunan Prawoto lah yang naik tahta, karena dianggap paling
berhak.Ia pun didukung oleh masyarakat yang menganggap Masjid Demak yang suci
sebagai pusat kerajaan. Masa pemerintahannya cukup pendek, dari 1546-1549.Juga
merupakan antiklimaks dari masa kejayaan yang sudah dicapai sebelumnya.Ia dan
keluarganya dibunuh oleh Arya Panangsang, yang membalas dendam atas pembunuhan
ayahnya, Pangeran Sekar Seda ing Lepen (meninggal di tepi sungai).
3.
Gambaran
Kehidupan Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya Kerajaan Demak
a.
Gambaran
Kehidupan Politik Kerajaan Demak
Lokasi
kerajaan Demak yang strategis untuk perdagangan nasional, karena menghubungkan
perdagangan antara Indonesia bagian Barat dengan Indonesia bagian Timur, serta
keadaan Majapahit yang sudah hancur, maka Demak berkembang sebagai kerajaan
besar di pulau Jawa, dengan rajanya yang pertama yaitu Raden Patah. Ia bergelar
Sultan Alam Akbar al-Fatah (1500-1518). Pada masa pemerintahannya, Demak
memiliki peranan yang penting dalam rangka penyebaran agama Islam khususnya di
pulau Jawa, karena Demak berhasil menggantikan peranan Malaka, setelah Malaka
jatuh ke tangan Portugis 1511.
Kehadiran
Portugis di Malaka merupakan ancaman bagi Demak di pulau Jawa.Untuk mengatasi keadaan
tersebut maka pada tahun 1513 Demak melakukan penyerangan terhadap Portugis di
Malaka, yang dipimpin oleh Adipati Unus atau terkenal dengan sebutan Pangeran
Sabrang Lor.Meski serangan Demak terhadap Portugis mengalami kegagalan,Demak
tetap berusaha membendung masuknya Portugis ke pulau Jawa.Pada masa
pemerintahan Adipati Unus (1518-1521), Demak melakukan blokade pengiriman beras
ke Malaka sehingga Portugis kekurangan makanan.Puncak kebesaran Demak terjadi
pada masa pemerintahan Sultan Trenggono (1521-1546), karena pada masa
pemerintahannya Demak memiliki daerah kekuasaan yang luas dari Jawa Barat
sampai Jawa Timur.
Demak
dapat memperluas daerah kekuasaannya antara lain karena Sultan Trenggono
melakukan penyerangan terhadap daerah-daerah kerajaan-kerajaan Hindu yang
mengadakan hubungan dengan Portugis seperti Sunda Kelapa (Pajajaran) dan
Blambangan. Penyerangan terhadap Sunda Kelapa yang dikuasai oleh Pajajaran
disebabkan karena adanya perjanjian antara raja Pakuan penguasa Pajajaran
dengan Portugis yang diperkuat dengan pembuatan tugu peringatan yang disebut
Padrao. Isi dari Padrao tersebut adalah Portugis diperbolehkan mendirikan
Benteng di Sunda Kelapa dan Portugis juga akan mendapatkan rempah-rempah dari
Pajajaran. Sebelum Benteng tersebut dibangun oleh Portugis, tahun 1526 Demak
mengirimkan pasukannya menyerang Sunda Kelapa, di bawah pimpinan
Fatahillah.Dengan penyerangan tersebut maka tentara Portugis dapat dipukul
mundur ke Teluk Jakarta.Kemenangan gemilang Fatahillah merebut Sunda Kelapa
tepat tanggal 22 Juni 1527 diperingati dengan pergantian nama menjadi Jayakarta
yang berarti Kemenangan Abadi. Sedangkan penyerangan terhadap Blambangan
(Hindu) dilakukan pada tahun 1546, di mana pasukan Demak di bawah pimpinan
Sultan Trenggono yang dibantu oleh Fatahillah, tetapi sebelum Blambangan
berhasil direbut Sultan Trenggono meninggal di Pasuruan.
Dengan
meninggalnya Sultan Trenggono, maka terjadilah perebutan kekuasaan antara
Pangeran Sekar Sedolepen (saudara Trenggono) dengan Sunan Prawoto (putra
Trenggono) dan Arya Penangsang (putra Sekar Sedolepen). Perang saudara tersebut
diakhiri oleh Pangeran Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yang dibantu oleh Ki Ageng
Pemanahan, sehingga pada tahun 1568 Pangeran Hadiwijaya memindahkan pusat
pemerintahan Demak ke Pajang. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Demak dan
hal ini juga berarti bergesernya pusat pemerintahan dari pesisir ke pedalaman.
b.
Gambaran
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak
Dilihat
dari letaknya, Kerajaan Demak terletak disebelah utara Pulau Jawa atau
dipesisir pantai utara Pulau Jawa.Dengan letak yang begitu strategis dalam
jalur perdagangan Nusantara, karena berperan sebagai penghubung antara daerah
penghasil rempah-rempah Indonesia bagian barat dan penghasil rempah-rempah
Indonesia bagian timur.Dengan demikian perdagangan Demak semakin
berkembang.Letak kerajaan Demak yang strategis, sangat membantu Demak sebagai
kerajaan Maritim.Pada zaman dulu Demak terletak ditepi pantai Selat Muria yang
memisahkan Jawa dari pegunungan Muria.Sampai sekitar abad ke-17 selat cukup
lebar dan dalam serta dapat dilayari, sehingga kapal-kapal dagang dari Semarang
dapat mengambil jalan pintas berlayar melalui Demak terus ke Rembang.Kemudian
Demak dapat berkembang menjadi pangkalan yang amat penting, karena pelayaran
dunia yang melintang di laut Nusantara dari Malaka ke Maluku dan sebaliknya
mesti melalui dan singgah di Bandar Demak.
Demak
juga merupakan kerajaan agraris.Sebagai kerajaan Islam yang memiliki wilayah
dipedalaman, maka Demak juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras
merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditi dagang.Dengan
demikian kegiatan perdagangannya ditunjang oleh hasil pertanian, mengakibatkan
Demak memperoleh keuntungan di bidang ekonomi.Pertanian di Demak tumbuh dengan
baik karena aliran sungai Demak lewat pelabuhan Bergota dan Jepara.Demak bisa
menjual produksi andalannya seperti beras, garam dan kayu jati.Pada abad ke-16
demak menjadi pusat penimbunan beras hasil dari daerah-daerah sebelah Selat
Muria.Demikianlah akhirnya Demak menjadi pengekspor tunggal hasil beras di
daerah lautan Nusantara, ekspor lainnya adalah kain tenun Jawa, terutama
kedaerah-daerah Indonesia Timur.Bagi daerah rempah-rempah itu kain tenun Jawa
dapat menyaingi tekstil Impor dari India ataupun Cina.Meskipun rempah-rempah
dan beras merupakan mata dagangan pokok bagi Demak dibandar-bandar Jawa dan di
Bandar dunia Malaka, namun perdagangan antar Asia pun sebagaian besar dikuasai
pula oleh Demak.
c.
Gambaran
Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Demak
Kehidupan
sosial dan budaya masyarakat Demak lebih berdasarkan pada agama dan budaya
Islam karena pada dasarnya Demak adalah pusat penyebaran Islam di pulau Jawa.
Sebagai pusat penyebaran Islam Demak menjadi tempat berkumpulnya para wali
seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus dan Sunan Bonang.Para wali
tersebut memiliki peranan yang penting pada masa perkembangan kerajaan Demak
bahkan para wali tersebut menjadi penasehat bagi raja Demak.Dengan demikian
terjalin hubungan yang erat antara raja/bangsawan dan para wali/ulama dengan
rakyat.Hubungan yang erat tersebut, tercipta melalui pembinaan masyarakat yang
diselenggarakan di Masjid maupun Pondok Pesantren.Sehingga tercipta kebersamaan
atau Ukhuwah Islamiyah.
Demikian
pula dalam bidang budaya banyak hal yang menarik yang merupakan peninggalan
dari kerajaan Demak.Salah satunya adalah Masjid Demak, di mana salah satu tiang
utamanya terbuat dari pecahan-pecahan kayu yang disebut Soko Tatal.Masjid Demak
dibangun atas pimpinan Sunan Kalijaga. Di serambi depan Masjid (pendopo) itulah
Sunan Kalijaga menciptakan dasar-dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi Muhammad
saw) yang sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon. Selain
itu para wali meninggalkan banyak sekali peninggalan-peninggalan peradaban
Islam yang masih bisa diamati, antara lain: pewayangan, gamelan, tembang
macapat, seni, teknik pembuatan keris, walaupun sebenarnya hal tersebut sudah
mendapat tempat tersendiri di masyarakat PraIslam.
4.
Keruntuhan
Kerajaan Demak
Pemerintahan Raden
Patah kira-kira berlangsung di akhir abad ke-15 hingga awal abad ke 16. Tatkala
perjuangan Raden Patah melawan Portugis belum selesai, pada tahun 1518 beliau
wafat, dan digantikan oleh puteranya, Adipati Unus ( Pangeran Sebrang Lor ).
Dikenal denagan nama tersebut, karena dia pernah dia menyebrang ke utara untuk
menyerang Portugis yang ada di sebelah utara (Malaka). Disamping itu, dikenal
dengan nama Cu Cu Sumangsang atau Aria Penangsang. Namun sayang, dia hanya
memerintah selam tiga tahun sehingga usahanya sebagai negarawan tidak banyak diceritakan.
Konon, dia mempunyai armada laut yang terdiri dari 40 kapal juang yang berasal
dari daerah-daerah taklukan, terutama yang diperoleh dari Jepara.
Sebagai penggantinya
adalah Sultan Trenggono/ Tranggana, saudara Adipati Unus.Dia memerintah tahun 1512-1546.
Tatkala memerintah, kerajaan telah diperluas ke barat dan ke hulu Sungai
Brantas atau pada saat ini dikenal dengan kota Malang.Sebagai lambang kebesaran
Islam, Masjid Demak pun dibangun kembali.
Dengan gambaran
tersebut diatas, perjuanagan Pangeran Trenggono tidak kalah oleh para
pendahulunya.Adapun orang-orang Portugis di Malaka, dirasanaya sebagai ancaman
dan bahaya.Untuk menggempur langsung dia belum sanggup.Namun demikian, dia
berusaha perluasan daerah-daerah yang dikuasai oleh Portugis yang telah
berhasil menguasai pula daerah pase di Sumatra Utara.Seorang ulam terkemuka
dari pase Faittahilah yang sempat melarikan diri dari kepungan orang Portugis,
di terima oleh Trenggono.Fattahilah pun dikawinkan dengan adiknya.Ternyata
Fattahilah dapat menghalangi kemajuan orang-orang Portugis dengan merebut
kunci-kunci perdagangan Kerajaan Pejajaran di Jawa Barat yang belum masuk
Islam, yaitu Banten dan Cirebon.Sementara itu, Trenggono sendiri berhasil
menaklukan Mataram dipedalaman Jawa Tengah dan juga Singasari Jawa Timur bagian
selatan.Pasuruan dan Panukuan dapat bertahan, sedangkan Blambangan menjadi
bagian Kerajaan Bali yang tetap Hindu.Dalam usahanya untuk menyerang Pasuruan
pada tahun 1546, Trenggono Wafat.Dengan wafatnya Sultan Trenggono, timbulah pertengkaran
yang maha hebat di Demak tentang siapa yang menggantikannya.
Setelah Sultan
Trenggono wafat muncul kekacauan dan pertempuran antara para calon pengganti
Raja.Konon, ibukota Demak pun hancur karenanya.Para calon pengganti raja yang
bertikai itu adalah anak Trenggono, Sunan Prawoto dan Arya Penangsang anak dari
Pangeran Sekar Ing Seda Lepen, adik tiri sultan trenggono yang dibunuh oleh
Sunan Prawoto ketika membantu ayahnya merebut tahta Demak. Arya penangsang
dengan dukungan dari gurunya Sunan Kudus untuk merebut takhta Demak, mengirim
anak buahnya yang bernama Rangkud untuk membalas kematian ayahnya. Pada tahun
1549 menurut Babad Tanah Jawi, pada suatu malam Rangkud berhasil menyusup ke
dalam kamar tidur Sunan Prawoto.Sunan mengakui kesalahannya telah membunuh
Pangeran Seda Lepen.Ia rela dihukum mati asalkan keluarganya diampuni. Menurut
Babad Tanah Jawi, pada suatu malam Rangkud berhasil menyusup ke dalam kamar
tidur Sunan Prawoto. Sunan mengakui kesalahannya telah membunuh Pangeran Seda
Lepen.Ia rela dihukum mati asalkan keluarganya diampuni Rangkud setuju. Ia lalu
menikam dada Sunan Prawoto yang pasrah tanpa perlawanan sampai tembus. Ternyata
istri Sunan sedang berlindung di balik punggungnya. Akibatnya ia pun tewas
pula. Melihat istrinya meninggal, Sunan Prawoto marah dan sempat membunuh
Rangkud dengan sisa-sisa tenaganya.
Arya Penangsang juga
membunuh adipati Jepara yang sangat besar pengaruhnya, istri adipati Jepara,
Ratu Kalinyamat mengangakat senjata dan dibantu oleh adipati yang lain untuk melawan
Arya Penangsang. Salah satunya adalah Hadiwijaya ( Jaka Tingkir ), menantu
Sultan Trenggono yang berkuasa di Pajang ( Boyolali ). Akhirnya, Joko Tingkir
dapat membuuh Arya Penangsang.Pada tahun 1586, Keraton Demak pun dipindah ke
Pajang.
Runtuhnya Kerajaan Demak tak
berbeda dengan penaklukannya atas Majapahit.Peristiwa gugurnya tokoh-tokoh
penting Demak saat menyerang Blambangan yang eks-Majapahit, dan rongrongan dari
dalam Demak sendiri membuat kerajaan makin lemah dan akhirnya runtuh dengan
sendirinya. Sebuah pelajaran dari sejarah bahwa cerai-berai dari dalam akan
membahayakan kesatuan dan persatuan.
5. Peninggalan Kerajaan Demak
a.
Masjid Agung
Demak
Masjid
Agung Demak yang terletak di tengah-tengah kota Demak, Secara geografis masjid
agung Demak berada di desa Kauman, kecamatan Demak kota, kabupaten Demak Kota,
Jawa Tengah. Secara astronomis, kabupaten Demak sendiri terletak antara
110°2758″ – 110°4847″ BT dan 6°4326″ – 7°0943″ LS. Kompleks masjid Agung Demak
berdiri di lahan seluas 1,5 ha yang dipisahkan oleh pagar keliling dari tembok.
Di depan masjid berhadapan alun-alun kota Demak dipisahkan oleh jalan Sultan
Patah oleh jalan Semarang-Demak. Masjid Agung Demak merupakan masjid tertua di
Pulau Jawa, didirikan Wali Sembilan atau Wali Songo. Lokasi Masjid berada di
pusat kota Demak, berjarak + 26 km dari Kota Semarang, + 25 km dari Kabupaten
Kudus, dan + 35 km dari Kabupaten Jepara. Masjid ini merupakan cikal bakal
berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak.Struktur bangunan masjid
mempunyai nilai historis seni bangun arsitektur tradisional khas
Indonesia.Wujudnya megah, anggun, dan indah.Kini Masjid Agung Demak difungsikan
sebagai tempat peribadatan dan ziarah.
Penampilan
atap limas piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari
tiga bagian ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan. Oleh masyarakat Indonesia,
khususnya kaum muslimin dikenal dengan nama “Masjid Wali”, karena menurut cerita
kuno sejarah Jawa, bahwa bangunan masjid tersebut didirikan oleh para Wali atau
yang lebih dikenal dengan sebutan wali songo secara bersama-sama dalam waktu
yang sangat singkat, tidak sampai satu malam.
Masjid
Agung Demak memiliki ukuran, bagian dalam 31 x 31 meter, bagian serambi 31 x 15
meter dan ketinggian Soko gurunya 19,54 meter dan bagian seperti lazimnya
bangunan ditopang oleh empat tiang raksasa. Salah satu diantaranya tidak
terbuat dari satu batang kayu utuh tetapi disusun dari beberapa potongan kayu
jati kecil-kecil yang kemudian diikat menjadi satu dan dibentuk seperti yang
lainnya. Tiang inilah yang dikenal dengan nama “ Soko Tatal”. Dikisahkan dalam
legenda bahwa Soko Tatal tersebut adalah sumbangan Sunan Kalijaga. Rupanya soko
(tiang) itu disusun dari potongan-potongan kayu balok yang tersisa dari
pekerjaan wali-wali lainnya berhubung pada malam itu Sunan Kalijaga datang
terlambat, oleh karenanya ia tidak dapat menghasilkan suatu pekerjaan yang
utuh. Dalam cerita rakyat selanjutnya menyatakan bahwa Sunan Kalijaga ternyata
mempunyai kedudukan penting dalam ikut mendirikan masjid Demak itu, karena
dialah yang berjasa dalam membetulkan arah kiblat masjid (Mengarah ke Ka’bah di
Masjidil Haram Mekkah)
Hingga
saat sekarang Masjid Agung Demak itu menjadi pusat perhatian umat Islam dan
dianggap sebagai masjid suci bahkan ada sementara orang yang beranggapan pula
bahwa mengunjungi Masjid Demak dan menziarahi orang-orang suci yang dimakamkan
di kompleks Masjid dapat disamakan dengan pahala naik haji ke Mekkah, meskipun
anggapan tersebut sampai sekarang belum ditemukan landasan keagamaannya.
Berdasarkan
cerita-cerita rakyat yang masih hidup bahwa bagi umat islam Masjid Demak
mempunyai nilai penting di alam pikiran orang Islam (Jawa) sampai sekarang berdasarkan
kenyataan perkembangan sejarah, Masjid Demak telah menjadi pusat kerajaan Islam
pertama di Jawa. Khuusnya di Jawa Tengah. Menurut tutur rakyat bahwa Demak yang
kemudian menjadi ibu kota telah didirikan sekitar pertengahan abad ke 15 dengan
cepat telah menjadi pusat perdagangan dan pusat lalu lintas laut terutama.
Menurut
tutur rakyat sebagaimana juga disebutkan dalam hikayat Hasanuddin (Banten)
menyatakan bahwa Masjid Agung Demak yang menjadi pusat kegiatan Islam di Jawa
Tengah, maka orang pertama yang menjadi imam shalat di masjid itu konon ialah
Pangeran Bonang putra pangeran Rahmat dari Ngampel, kemudian dalam kurun
tertentu digantikan oleh anaknya yang bernama Makdum Sampang terus digantikan
oleh Kyai Pambayun, lalu digantikan oleh penghulu Rahmatullah dan akhirnya
digantikan oleh Pangeran Kudus dari ngudung alias Sunan Kudus.
Gambar
3.6 Masjid Demak Tempo dulu dan Kini
b.
Pintu Bledeg
Pada
pintu tengah Masjid Agung Demak terdapat gambar dua naga besar yang oleh
legenda dan cerita rakyat sampai sekarang bahwa pintu itulah yang dinamai
“Pintu bledeg” atau pintu petir, konon adalah ciptaan Kyai Ageng Selo (Makamnya
di Selo,±5 km dari kota Purwodadi menuju arah kota Blora). Pintu tersebut sudah
tidak dipasang sedangkan yang masih ada merupakan duplikat, aslinya disimpan
dimuseum Masjid Agung Demak (sebelah utara Masjid)
Menurut
tutur rakyat menyatakan bahwa pada suatu ketika Kyai Ageng Selo telah menangkap
kilat petir yang berada di ladang, lalu ia membawa kilat itu ke Masjid Demak
atau kepada Sultan Demak. Kilat tersebut kemudian di kurung untuk beberapa
waktu dan suatu saat dapat meloloskan diri.
c. Serambi
Majapahit
Salah
satu bagian bangunan Masjid Agung Demak yang masih ada sampai sekarang dan
terlihat anggun, antik dan indah serta mempunyai sejarah yang sangat tinggi
adalah “Serambi Majapahit’ yang sekaligus di jadikan serambi Masjid Agung Demak
itu, menurut legenda dan cerita rakyat menyebutkan, bahwa konon setelah Majapahit
jatuh ke dalam kekuasaan Demak (Th. 1518 M), maka Kraton Majapahit kondisinya
menjadi terlantar, tidak terawat ada kemungkinan karena sebelum Majapahit jatuh
ke tangan Demak, situasinya di sana selalu dilanda perebutan kekuasaan (mulai
Gilindrawardana sampai pada masa Prabu Udara)..
d.
Mihrab atau
tempat pengimaman dan Dampar Kencana dan wadah/tempatnya
e.
Pawestren
Bangunan
yang khusus dibuat untuk sholat jamaah wanita ini dinamakan Pawestren, jumlah
tiang penyangga 8 buah dimana 4 batang tiang utama ditopang belandar balok
susun tiga yang diukir motif Majapahit. Luas lantai yang bermanfaat untuk
sholat membujur kiblat berukuran 15 x 7,30 m. bila dilihat dari bentuk motif
pada Maksurah tahun 1866 M Pawestren mungkin dibuat pada jamannya K. R. M. A.
Arya Purbaningrat.
f.
Surya Majapahit
Merupakan
gambar hiasan segi 8 yang sangat populer pada masa Majapahit.Para ahli
purbakala menafsirkan gambar ini sebagai lambang Kerajaan Majapahit.Surya
Majapahit di Masjid Agung Demak dibuat pada tahun 1401 tahun Saka, atau 1479 M.
g.
Maksurah
Merupakan
artefak bangunan berukir peninggalan masa lampau yang memiliki nilaiestetika
unik dan indah.Bangunan kayu berukir dinamakan Maksurah atau Kholawat yaitu
tempat untuk Mujahadah Adipati jaman dulu.Artefak bangunan berukir peninggalan
masa lalu ini memiliki nilai dan bangunan estetika yang unik dan indah,
sehingga relatif mendoinasi keindahan di ruang dalam masjid.Maksurah ini
dipergunakan penguasa dakam menunaikan sholat dan Munajat untuk memperoleh
barokah, rahmat dan hidayah Allah SWT.Dilluar maupun di dalam artefak terdapat
tulisan berukir dengan bahasa dan huruf Arab yang intinya memuliakan Keesaaan
Tuhan. Prasasti di dalam aqsuro menyebut angka tahun 1287 H atau 1866 M yang
saat itu Adipati Demak dijabat K.R.M.A. Aryo Prubaningrat.
Selain
peninggalan tersebut terdapat: Hiasan-hiasan dinding berupa piring-piring yang
bermotif Tiongkok, oleh cerita rakyat dikatakan bahwa piring-piring tersebut
merupakan sumbangan dari putri Cempa yang berjumlah 65 buah dan ditempelkan di
serambi Masjid dan di sekitar Mihrab. Ada 3 buah (tiga buah) Guci (Gentong
besar), beberapa tahun lalu benda-benda ini, sebuah berada di dekat makam dan
yang lain di kolam dekat Masjid. Sekarang benda atau guci-guci itu dikumpulkan
di dalam sebuah bangunan sederhana yang bertuliskan “Museum” berada di sebelah
utara Masjid, di sebelah utara jalan menuju makam Raden Patah. Selain itu ada
pula 2 buah lukisan marmer yang dipasang di atas pintu masuk sebelah dalam.
Juga masih tersimpan rapi sebuah Bedug dan kentongan yang dibuat oleh Walisongo
dan sebuah Maket Masjid Agung Demak yang dibuat pada Th. 1845 M dan benda-benda
lainnya dapat dilihat di dalam Museum Masjid Agung Demak.
Bedhug
dan Kenthongan, dua benda ini merupakan pasangan yang serasi. Kedua benda ini
merupakan hasil ciptaan Sunan Kalijaga, yang digunakan untuk memberi tahu yang
belum mengetahui arti panggilan adzan. Makna filosofis yang terkandung dari
suara bedhug dan suara kenthongan adalah dheng … dheng … dheng …, berarti
sedheng artinya masih cukup untuk menampung jamaah yang akan sholat. Sedangkan
suara kenthongan thong … thong … thong … mengandung maksud bahwa mushola/masjid
masih kothong (kosong atau belum berisi), dilanjutkan dengan adzan yang
memerintah agar Umat Islam segera melakukan sholat berjamaah. Kedua alat ini
merupakan alat yang tidak asing bagi masyarakat. Ditinjau dari seni budaya alat
itu disamping sebagai alat panggilan sholat, juga berfungsi sebagai seni atau
alat komunikasi secara tradisional, bahkan sampai saat ini kedua alat itu masih
digunakan sebagai pelengkap pada masjid-masjid. Bedhug dan kenthongan yang asli
buatan Sunan Kalijaga masih terawat baik di Museum Masjid Agung Demak.
h.
Situs Kolam
Wudlu.
Situs
ini dibangun mengiringi awal berdirinya Masjid Agung Demak sebagai tempat untuk
berwudlu.Hingga sekarang situs kolam ini masih berada di tempatnya meskipun
sudah tidak dipergunakan lagi.
Demikian
beberapa peninggalan Sejarah Kerajaan Islam pertama di Demak yang mempunyai
nilai tinggi, untuk itu penting sekali benda-benda tersebut selalu dijaga dan
dirawat dengan baik agar tetap lestari sesuai bentuk dan corak keasliannya.
0 komentar:
Post a Comment